FB Tweet Group
TOLONG!!! Jangan KLIK INI !!!

artis, selebritis, properti, rumah, apartemen, penthouse, landed house, villa, mobil, tanah, pendidikan, motor, anjing

Halaman

About

My Ping in TotalPing.com
Diberdayakan oleh Blogger.

artikel terbaru

Arsip Blog

Search

Sekolah Tionghoa Turut Memicu Kebangkitan Nasionalisme

JAKARTA, KOMPAS.com — Kelahiran sekolah Tionghoa, seperti Sekolah Pa Hoa, turut memicu kebangkitan nasionalisme Indonesia. Sejarawan Didi Kawartanada dalam diskusi "Dari Tiong Hoa Hwe Koan 1900 sampai Sekolah Terpadu PAHOA 2008" di Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu (17/11/2012), mengatakan, pada akhir abad ke-19, sejumlah pemimpin Tionghoa peranakan yang berpendidikan Barat memulai gerakan pembaruan masyarakat Tionghoa dengan mendirikan perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan (THHK) yang turut menginspirasi pergerakan nasional Indonesia.
"Setahun setelah berdirinya THHK, pada 17 Maret 1901 didirikan sekolah THHK, yang menempati gedung perkumpulan THHK di Jalan Patekoan atau sekarang dikenal sebagai Jalan Perniagaan, yang dibeli dari Nederlandsch Indische Hypotheek Bank di Batavia. Karena lokasinya, maka sekolah ini disebut Patekoan Tiong Hoa Hwe Koan atau disingkat menjadi Pa Hoa," Didi menjelaskan.
Fakta bahwa sekolah THHK atau Pa Hoa memberikan inspirasi bagi pergerakan Boedi Oetomo adalah ucapan dokter Wahidin Sudirohusodo, salah seorang pendiri perkumpulan tersebut. Didi menjelaskan, Wahidin pernah mengatakan, "Organisasi kemasyarakatan Tionghoa memacu orang Jawa untuk mendirikan organisasinya sendiri." Pada tahun 1910, pengurus THHK dan Boedi Oetomo sempat pula mengadakan pertemuan untuk bertukar pengalaman dalam kegiatan organisasi.
Organisasi THHK dan sekolah THHK atau Pa Hoa menginspirasi kebangkitan organisasi pergerakan modern, yakni Boedi Oetomo (1908), Muhammadiyah (1911/1912), dan Taman Siswa (1922) yang merupakan taman persemaian bibit nasionalisme. Bibit ini kemudian mencetuskan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Di masa itu, Sekolah Pa Hoa menjadi perintis sekolah swasta modern di zaman penjajahan Belanda dengan bahasa pengantar bukan bahasa Belanda, melainkan bahasa Mandarin (Han Yu), bahasa Inggris, dan bahasa Melayu. Sekolah Pa Hoa mengalami masa pasang surut. Pada zaman pendudukan Jepang, sekolah ini sempat ditutup. Bahkan, di era pemerintahan Orde Baru, sekolah Pa Hoa ditutup dan gedungnya kemudian diambil alih dan dijadikan sekolah negeri.
Memasuki era Reformasi, diskriminasi terhadap masyarakat keturunan Tionghoa mulai memudar dan ide untuk menghidupkan kembali Sekolah Pa Hoa mulai muncul pada 2008, berkat upaya para alumnusnya. Sekolah ini terlahir kembali dengan nama Sekolah Terpadu Pahoa (kata Pa Hoa dirangkai menjadi Pahoa), yang berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantara, Summarecon Serpong, Tangerang.
Minimnya literatur mengenai sejarah dan kontribusi masyarakat Tionghoa dalam dunia pendidikan modern Indonesia menjadi dasar diterbitkannya buku Dari Tiong Hoa Hwe Koan 1900 sampai Sekolah Terpadu PAHOA 2008. Buku itu ditulis oleh Iskandar Jusuf, alumnus Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia, yang sering menulis artikel tentang masalah Bangsa Indonesia Suku Tionghoa di surat kabar Suara Pembaruan. Iskandar Jusuf juga aktif dalam Yayasan Pendidikan dan Pengajaran PAHOA.
Editor :
Rusdi Amral
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di BoyTrik

Artikel Menarik Lainnya :

Ditulis oleh info - 15.31